Muslim Society 5.0 : Urgensi Menghadirkan Nilai-Nilai Islam dalam Society 5.0

oleh : Siti Patma Deli

 Abstrak

Untuk menyeimbangkan Revolusi Industri 4.0 dimana teknologi menguasai dunia, konsepan baru muncul digagas oleh Jepang yang disebut society 5.0. Sebagai tanggapan atas Revolusi Industri 5.0 dengan manusia sebagai pusat atau digadang-gadang dengan istilah Human-centered. Konsepan ini bertujuan agar semua kemajuan yang dicapai berjalan parallel antara sosial dan teknologi. Hal ini tentu saja memunculkan tantangan-tantangan baru pada dunia islam. Namun tentu saja jika kita dapat memanfaatkan dengan benar, kita juga akan memperoleh peluang-peluang dan keuntungan yang bisa membangkitkan islam. Maka pencapaian parallel bukan hanya tentang teknologi dan sosial, namun dalam kehidupan beragama juga. tulisan ini akan membahas tentang tantangan dan peluang islam dalam Society 5.0 yang akan dijelaskan melaui studi literatur dan analisis untuk menyimpulkan beberapa tantangan dan peluang yang akan dihadapi islam pada era Society 5.0

 

PENDAHULUAN

Society 5.0

            Konsep Society 5.0 awalnya telah dirancang oleh dewan sains, teknologo dan inovasi dalam Rencana Dasar Sains dan Teknologi ke 5 dan telah disetujui pada tahun 2016. Lalu pemerintah jepang secara resmi meluncurkan gagasannya yang disebut Super-smart society atau Society 5.0 yang dikenalkan oleh perdana Menteri Jepang yakni Shinzo Abe pada forum World Economic Forum (WEF) yang dilaksanakan di Dawis, Swiss.

            “A human-centered society that balances economic advantacement with the resolution of social problems by a system that highly integrates cyberspace ad physical space”.

            Untuk melancarkan pola Revolusi Industri 4.0, tentu saja dibutuhkan manusia-manusia yang kompeten dan memiliki skill teknologi. Terlebih Revolusi Industri 4.0 merupakan era dimana semua menjadi digital.

            Pada ramalan dimana teknologi dapat mengambil alih semua hal dalam kehidupan manusia, seperti pekerjaan, jasa, dan Artificial intelligence, konsep Society 5.0 ini mengharapkan manusia tidak dikalahkan oleh mesin. Yakni tetap kita yang menjalankan mesin. Juga sebagai solusi dari ketakutan Revolusi Industri 4.0 yang akan mendegradasi Indonesia.

            Goals yang ingin dicapai dari masyrakat 5.0 ini adalah menyeimbangkan antara penyelesaian masalah-masalah sosial dan pertumbuhan ekonomi. Untuk penjabarannya, perjalanan Society ini dimulai Society 1.0 adalah saat dimana manusia berburu dan mengenal tulisan. Society 2.0 adalah ketika masyarakat bertani. Society 3.0 yakni era mulai menggunakan mesin untuk menunjang kehidupan sehari-hari dan Society 4.0 adalah saat ini dimana manusia menggunakan mesin dan mengenal computer serta internet.

Tantangan Islam dalam Menghadapi Society 5.0

            Tak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena manusia terhitung sudah lama akrab dengan gadget dan internet sehingga banyak menghabiskan waktunya untuk itu. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya waktu untuk beribadah atau mengenal islam lebih dalam. Terlebih jika harus mempelajari agama dengan cara konvensional. Fenomena ini yang lalu membuat banyak aktivis agama yakni ustadz memulai untuk berdakwah melalui internet. Hal ini dinilai efektif bukan hanya bagi mad’u karena masyarakat milenial menyukai hal instan tapi juga bagi da’i atau penceramah karena berada di internet membuatnya mudah untuk dikenali banyak orang.

            Karena poin dari Society 5.0 ini adalah manusia, maka manusia itu jugalah yang menjadi tantangan bagi agama. Meski misinya adalah menyelesaikan problematic sosial serta tetap memajukan perekonomian dan pembangunan, tiap individu muslim harus tetap memiliki jiwa islam dalam dirinya. Terlebih masyarakat Indonesia. Karena konsep society 5.0 ini digagas oleh Jepang dimana keadaan sosial agamanya sangat berbeda dengan kita.

            Maka keimanan dan nilai-nilai islam harus tetap kita pegang erat. Tantangan terbesar boleh dipikul oleh para tenaga Pendidikan islam, dimana bukan hanya harus mengajari dan menghadapi anak-anak millennial namun juga harus mampu terbiasa dengan teknologi yang berkembang pesat. Tapi untuk tetap menghadirkan ruh islam dalam society 5.0 adalah tugas kita selaku umat muslim generasi milenial.

  

PEMBAHASAN

            menghadirkan islam dalam kehidupan society 5.0 dan Revolusi Industri 4.0 mampu memberi mimpi besar untuk islam: Muslim Society 5.0. kalau kita jabarkan, muslim 1.0 berupa islam pada zaman Nabi Adam AS-Isa AS. Muslim Society 2.0 adalah pada zaman Rasulullah SAW. Muslim society 3.0 zaman Khulafaurrasyidin dan kedinastian, dan muslim society 4.0 adalah muslim saat ini yang mengenal dan memanfaatkan teknologi dan internet untuk menjalankan dakwah.

            Society 5.0 yang idealnya tidak lagi dikuasai teknologi, tapi sebaliknya manusia yang menguasai teknologi. Hal tersebut merupakan solusi atas kecanduan teknologi pada manusia yang mengikis nilai-nilai agama. Sehingga apabila kita yang menguasai teknologi, dengan nilai-nilai agama yang kita pegang, maka misi kebangkitan islam tidaklah sulit untuk dicapai.

            Terlebih Indonesia yang memiliki penduduk mayoritas islam, maka SDM muslim melek teknologi yang dibutuhkan bukan hanya satu-dua. Masyarakat Indonesia sudah merespon atas pemanfaatan teknologi oleh islam seperti mengikuti pengajian virtual, menonton video-video atau pesan-pesan dakwah dari media sosial, bahkan bersedekh secara virtual.

            Terdapat firman Allah yang menyiratkan anugerah agama dan kenikmatan teknologi  yakni dalam Q.S Ar Rahman ayat 33

يَٰمَعْشَرَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ إِنِ ٱسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا۟ مِنْ أَقْطَارِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ فَٱنفُذُوا۟ ۚ لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَٰنٍ


” Hai jamaah Jin dan Manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”

            Buya hamka dalam tafsir Al Azhar menjelaskan bahwa diantara Rahman Allah kepada manusia dan ji nada kebebasan yang diberikan kepada kita untuk melintasi alam dengan sepenuh tenaga yang kita punya dan segenap akal budi kita. Karena pengetahuan sangatlah dalam. Namun Allah mengingatkan kita bahwa kekuatan yang kita punya terbatas pada akhir ayatnya.

            Sedangkan kalimat “Sulthan” yang diartikan kekuatan pada “Kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” dijelaskan oleh Sayyid Qutb pada tafsir Fizilalil Quran bahwa Sulthan disini merupakan kekuatan dan tidak ada yang memiliki kekuatan kecuali pemilik kekuatan itu sendiri, yakni Allah SWT. namun berbagai ahli mengartikan Sulthan dengan banyak penafsiran. Seperti kekuasaan, kemampuan dan ilmu pengetahuan.

            Dalam buku Al Muslimin Wa Al Hadist oleh Abdul Al Razzaq Naufal mengartikan kata Sulthan yakni ilmu pengetahuan dan kemampuan teknologi. Ia menjelaskan bahwa ayat ini memberi isyarat kepada manusia bahwa mereka tidak mustahil untuk menembus ruang angkasa, bila ilmu pengetahuan dan kemampuan serta teknologinya memadai.

            Ayat tersebut juga dapat menjadi motivasi kita untuk terus menuntut ilmu dan mengembangkan teknologi terlebih pada saat ini dimana teknologi dan mesin sudah sangat canggih.

            Terkait tantangan Society 5.0 yang dikhawatirkan menipiskan keimanan umat, dapat kita kutip salah satu hadist Nabi:

“Didiklah anak-anakmu sebaik mungkin (sesuai kebutuhan zamannya) sebab mereka akan hidup di zaman yang berbeda dengan zamanmu saat ini”

            Rasul telah berpesan bahwa bekalilah setiap anak atau pribadi. Bukan hanya dengan sains dan teknologi, namun juga iman dan takwa. Agar tidak terjerumus.

 

PENUTUP

            Tantangan besar yang akan dihadapi oleh agama islam pada Society 5.0 bila kita dapat menempatkan dan memanfaatkannya dengan baik, itu justru akan menjadi peluang besar bagi islam. Kita dapat menyebarkan dakwah melalui internet dan memakai teknologi untuk menunjang aktivitas-aktivitas isla. Maka islam juga sepatutnya memiliki goals besar yakni Muslim Society 5.0 dimana umatnya adalah umat yang bertakwa juga cerdas dan menguasai teknologi.

 

Daftar Pustaka

           

Hadi Putra, Pristian. 2019. Tantangan Pendidikan Islam dalam Menghadapi Society 5.0. Jurnal islamika: Jurnal ilmu-ilmu Keislaman. Vol 19, No. 02: Kerinci

Mahmudi, Ibnu. 2019. Urgensi Perilaku Keagamaan pada Era Society 5.0. Jurnal Prosiding SNBK. Vol 3 No. 1: Madiun

Umro, Jakaria. Tantangan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menghadapi Era Society 5.0. Jurnal Al Makrifat. Vol. 5 No. 1: Pasuruan

Mujahid, Ahmad.2020. Prophetic Psychology: Relevansi Penafsiran Agama dalam Menyikapi Era Society 5.0. Jurnal Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains. Vol. 2 Hal 379-382

https://www.suaramerdeka.com/arsip/214882-ormas-islam-pada-era-masyarakat-5-0

 

https://walisongo.ac.id/?p=10000000002780&lang=id

 

https://www.kompasiana.com/fifinovianty/5e7d9c33097f360d09153e13/penerapan-komunikasi-pembangunan-agama-di-era-society-5-0?page=all

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi buku Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini (Raudhatul Athfal)

Portofolio Jurnalisme Dakwah

Struktur radio,konsep dan berita