ORANG TUA TIDAK BERHARAP APA-APA: PESAN DALAM PONDOK BURUK
Orang tua tak menuntut balas, mereka hanya ingin melakukan hal-hal sederhana bersama anak-anaknya, hal inilah yang disampaikan lewat sebuah film dari negara Malaysia yang berjudul “Pondok Buruk”. Film tersebut terdiri dari 2 part. Film ini berhasil membuat berderai air mata, ceritanya sangat sedih dan punya makna yang sangat dalam. Film ini mengisahkan tentang orang tua dan anak-anaknya, kedua orang tua ini bernama Pak Mat dan Mak Jah, mereka hanya tinggal berdua di rumah yang sangat sederhana, mereka sudah sangat tua dan sakit sakitan bahkan Pak Mat hanya memiliki kaki yang diamputasi salah satu kakinya, hal ini membuatnya tak bisa berjalan karena betisnya yang buntung, roda dari kayu lah yang menjadi pengganti kaki untuk Pak Mat, meski begitu Pak Mat selalu giat bekerja meski penghasilannya tak seberapa.
Tak ada pilihan lain, mereka harus pergi dan tinggal di sebuah pondok yang buruk, Pak Mat merasa sangat sedih, ia merasa gagal menjadi suami yang baik untuk Mak Jah, namun Mak Jah adalah istri yang sangat setia ia tetap menerima segala kekurangan suaminya. Dalam keadaan terpuruk seperti ini, hanya ada satu orang yang sangat peduli pada mereka, yakni Som, ia adalah anak angkat Pak Mat dan Mak Jah, berulang kali Som membujuk Pak Mat dan Mak Jah untuk tinggal di rumahnya, namun Mak Jah mengerti Som juga menumpang pada mertuanya di rumah yang kecil, Pak Mat dan Mak Jah tak ingin merepotkan Som.
Sebenarnya ketiganya anak kandung Pak Mat dan Mak Jah sadar bahwa mereka terlalu sibuk dengan harta tanpa memperdulikan kedua orang tua yang telah merawat mereka dengan penuh cinta, namun tampaknya harta lebih menarik untuk mereka puja. Shob si anak kedua mulai merasa bersalah dan berniat untuk pulang dengan mengajak abang dan adiknya, namun mereka menolak dengan berbagai alasan, walau begitu Shob tetap pulang sebelum hari raya tiba. Namun Shob tak bisa berjumpa dengan bapaknya, karna Pak Mat sudah berpulang kepada Yang Maha Kuasa, setelah seharian Pak Mat bekerja mencuci piring, mengelap mobil agar dia bisa mendapat uang untuk membeli daging untuk Lebaran, saat dalam perjalan pulang Pak Mat sangat gembira akan makan daging masakan istrinya, namun malang roda kayu Pak Mat terbalik dan ia jatuh ke sawah, Pak Mat tak bisa berdiri dan beranjak dari lumpur sawah itu, hingga akhirnya ia menghembuskan nafas terakhir. Ushob yang sudah pulang tak lagi bisa berjumpa dengan bapaknya, sementara Johan dan Rina bisnisnya bangrut dan membuat mereka hampir frustasi, barulah mereka teringat pada kedua orangtuanya dan menyesali perbuatan mereka selama ini.
Film ini mengajarkan kita untuk tidak melupakan kedua orang tua kita, sesukses apapun kita orang tua adalah yang paling berjasa, bapak dan ibu tidak pernah mengharap balasan jasanya, mereka hanya ingin kita punya waktu untuk sekedar bercerita, memeluk, makan bersama dan melakukan hal-hal sederhana yang bermakna bersama mereka. Sejauh apa pun kita merantau, sesibuk apa pun kita di sana, ingatlah untuk pulang, sebelum orangtua yang berpulang. Percayalah, orang tua selalu merindukan anak-anaknya, dan mereka pasti menyebut nama anak-anaknya dalam doanya pada Allah.
Sekian dari saya, terima kasih dan semoga bermanfaat.
Nama : Siti Patma Deli
Kelas : KPI 7D
NIM : 1174020157
Mata Kuliah : Produksi Sinetron dan Film
Komentar
Posting Komentar